A. Weighted-Average
Method
Dalam
metode ini yang harus diketahui untuk pembuatan Production Cost report
adalah :
- Tingkat penyelesaian ( % penyelesaian )
BDP awal tidak perlu diperhatikan
- Informasi rincian biaya yang telah diserap BDP awal harus
diperoleh.
- Setiap elemen biaya dari BDP awal
ditambahkan dengan jenis biaya yang sama dari periode sekarang.
- Harga pokok atau biaya per unit
merupakan hasil bagi dari total biaya setiap elemen biaya dibagi dengan
unit ekuivalennya.
Contoh 1 :
PT.
Nadia memiliki 2 departemen produksi yaitu departemen I dan departemen II.
Perusahaan ini menggunakan sistem harga pokok proses untuk menghitung biaya
produknya. Berikut data produksi PT. Nadia selama bulan Januari 2007 :
Keterangan
|
Departemen
I
|
Departemen
II
|
BDP awal
Biaya dari BDP awal :
Masuk proses
Selesai
Hilang
BDP akhir
Biaya bulan Januari :
Ø BBB
Ø BTKL
Ø BOP
Tingkat Penyelesaian :
BDP awal :
v BBB
v Dari departemen I
v Biaya Konversi
BDP Akhir :
v BBB
v Dari Dept. I
v Biaya Konversi
|
10.000 unit
Rp 150.000
143.000
172.000
-
85.000 unit
80.000
5.000 (awal)
???
Rp 2.750.000
3.150.000
2.900.000
60 %
-
30
%
100 %
-
45 %
|
15.000 unit
-
Rp 125.000
140.000
450.000
???? unit
90.000
1.000 (akhir)
4.000 unit
Rp
-
4.260.000
3.840.000
-
100
%
40%
-
100 %
40 %
|
Diminta
: Buat Production Cost Report untuk departemen I dan departemen II dengan
metode rata-rata tertimbang. !
Jawab
:
Laporan Harga Pokok
Produksi
Departemen I
Bulan
Januari 2007
Skedul
Kuantitas
Input
:
BDP
awal 10.000
unit
Masuk
proses 85.000
---------- + 95.000 unit
Output
:
Selesai&
ditransfer ke dept. II 80.000 unit
BDP akhir 10.000
Hilang
(awal) 5.000
----------+ 95.000 unit
- Pembebanan
Biaya
Elemen
|
Total Biaya
|
Unit Ekuivalen
|
Biaya per unit
|
BBB
BTKL
BOP
|
150.000
+ 2.750.000 = Rp 2.900.000
143.000
+ 3.150.000 = Rp 3.293.000
172.000
+ 2.900.000 = Rp 3.072.000
|
90.000
84.500
84.500
|
Rp
32,22
38,97
36,36
|
|
Total Rp 9.265.000
|
|
Rp107,55
|
- Perhitungan
Biaya
Produk
selesai , ditransfer ke dept. II :
80.000
x Rp 107,55 = * Rp 8.603.815
BDP
akhir (10.000 unit) :
BBB : (10.000 x 100%) x Rp 32,22 = Rp 322.200
BTKL : (10.000 x 45 %) x Rp 38,97 =
175.365
BOP :
(10.000 x 45 %) x Rp 36,36 = 163.620
-------------- +
661.185
----------------+
Total HP.
Produksi di Departemen I Rp 9.265.000
*
Ada selisih Rp 185 karena pembulatan, seharusnya Rp 8.604.000
- Keterangan
Unit Ekuivalen :
BBB = 80.000 + (10.000 x
100 %) = 90.000
BTKL dan BOP = 80.000 + (10.000 x 45 %) = 84.500
Laporan
Harga Pokok Produksi
Departemen
II
Bulan Januari 2007
- Skedul Kuantitas
Input
:
BDP
awal 15.000
unit
Dari
departemen I 80.000
-------------
+ 95.000
unit
Output
:
Selesai
& ditransfer ke gudang 90.000
BDP
akhir 4.000
Hilang
(akhir) 1.000
-------------
+ 95.000
unit
- Pembebanan
Biaya
Elemen Biaya
|
Total Biaya
|
Unit Ekuivalen
|
Biaya Per Unit
|
Dari
Dept. I
BTKL
BOP
|
450.000
+ 8.603.815 = 9.053.815
125.000
+ 4.260.000 = 4.385.000
140.000
+ 3.840.000 = 3.980.000
|
95.000
92.600
92.600
|
Rp 95,30
47,35
42,98
|
|
Total Rp 17.418.815
|
|
Rp 185,63
|
- Perhitungan
Biaya
Produk
selesai :
90.000 x Rp 185,63 = *Rp 16.707.457
Hilang
akhir : 1.000 x Rp 185,63 = 185.630
Harga
Pokok Produk selesai ditransfer ke gudang Rp 16.893.087
BDP
akhir ( 4.000 unit) :
Dari
Dept. I = 4.000 (100%) x Rp 95,30 = Rp
381.200
BTKL
= 4.000 (40%) x Rp 47,35 = 75.760
BOP
= 4.000 (40%) x Rp 42,98 =
68.768
----------------+ 525.728
------------------
Total
HP. Produksi di Departemen II Rp 17.418.815
- Keterangan
Unit ekuivalen :
Dari Dept. I = 90.000 + 4000 (100%) + 1.000
= 95.000 unit
Biaya Konversi = 90.000 + 4.000 (40%) + 1.000 = 92.600
* Ada selisih Rp 700 karena pembulatan
B.
FIFO Method ( Metode MPKP)
Karakteristik
metode MPKP (FIFO) :
- Tingkat penyelesaian BDP awal harus
diperhatikan karena akan diperhitungkan dalam unit ekuivalen.
Rumus
Unit Ekuivalen nya :
Produk Selesai + BDP akhir
(%penyelesaian) – BDP awal (%penyelesaian)
|
- Tidak perlu rincian biaya yang diserap
oleh BDP awal
Contoh
2.
Menggunakan
contoh 1. Tapi dikerjakan dengan metode FIFO .
Laporan
Harga Pokok Produksi
Departemaen
I
Bulan Januari 2007
§ Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 10.000
unit
Masuk proses 85.000
----------
+ 95.000
unit
Output :
Selesai&
ditransfer ke dept. II 80.000 unit
BDP akhir 10.000
Hilang
(awal) 5.000
----------+ 95.000 unit
- Pembebanan
Biaya
Elemen Biaya
|
Total Biaya
|
Unit Ekuivalen
|
Biaya Per Unit
|
BDP awal
Bulan ini :
BBB
BTKL
BOP
|
Rp
465.000
2.750.000
3.150.000
2.900.000
|
--
84.000
81.500
81.500
|
Rp
32,74
38,65
35,58
|
|
Rp
9.265.000
|
|
Rp 106,97
|
- Perhitungan
Biaya
BDP awal (10.000
unit) :
Dari periode lalu Rp 465.000
Ditambahkan periode
ini :
BBB = 10.000 (40%) x Rp 32,74 130.960
BTKL = 10.000 (70%) x 38,65 270.550
BOP = 10.000 (70%) x 35,58 249.060
------------------+
Rp 1.115.570
Produk selesai bulan
ini (70.000 unit):
70.000 x Rp 106,97 * Rp
7.487.995
BDP Akhir (10.000
unit) :
BBB = 10.000 (100%) x Rp 32,74= Rp 327.400
BTKL = 10.000 (45%) x Rp 38,65 =
173.925
BOP = 10.000 (45%) x 35,58 = 160.110
--------------+ Rp 661.435
-------------------+
Total HP Produksi di Departemen I Rp 9.265.000
- Keterangan
Unit Ekuivalen :
BBB =
80.000 + 10.000 (100%) – 10.000 (60%) =
84.000 unit
Biaya Konversi =
80.000 + 10.000 (45%) – 10.000(30%) =
81.500
*
Ada selisih Rp 95 karena pembulatan
Perbandingan
Antara Metode Rata-rata Tertimbang Dengan MPKP
q Perbedaan
kunci antara metode rata-rata & MPKP adalah pada penanganan unit-unit
sediaan barang dalam proses awal.
Metode
MPKP
: memisahkan unit sediaan BDP awal dari unit yang masuk proses dan selesai
dalam periode berjalan.
Metode
Rata-rata Tertimbang : tidak membedakan perlakuan terhadap unit
sediaan BDP awal.
q Metode
MPKP memisahkan biaya yang melekat pada sediaan
BDP awal dari biaya pada periode berjalan.
Metode
Rata-rata : menggunakan biaya per unit rata-rata.
q Metode
Rata-rata lebih mudah perhitungannya. Metode ini paling sesuai digunakan jika
harga bahan langsung, biaya konversi, dan tingkat sediaan stabil.
q Metode
MPKP : sesuia digunakan jika harga bahan langsung, biaya konversi, atau tingkat
sediaan berfluktuasi.
q Banyak
perusahaan lebih menyukai metode MPKP dibanding metode rata-rata untuk tujuan
pengendalian biaya dan evaluasi kinerja karena biaya per unit ekuivalen dengan
metode MPKP hanya menyajikan biaya untuk periode berjalan.
q Dengan
metode rata-rata tertimbang, biaya pada periode sebelumnya dan periode berjalan
dicampur, dan penyimpangan kinerja dalam periode berjalan mungkin saja
tersembunyi karena adanya variasi biaya per unit antar periode.
PRODUK
RUSAK DAN CACAT DALAM SISTEM HARGA POKOK
PROSES
Produk
rusak (spoilage) merupakan unit yang tidak dapat diterima sehingga harus
dibuang atau dijual dengan nilai yang lebih rendah. Produk cacat (rework)
adalah unit yang perlu diperbaiki secara ekonomi, sehingga produk tersebut
dapat dijual melalui saluran reguler. Sisa Bahan (Scrap) merupakan
bagian dari produk yang tidak memiliki nilai atau jika memiliki, nilainya
sangat kecil.
Produk Rusak
Ada dua jenis produk rusak : produk
rusak normal dan produk rusak tidak normal. Produk rusak normal terjadi dalam
kondisi operasi yang efisien dan tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek
dan diperhitungkan sebagai bagian dari biaya produk. Sedangkan produk rusak
tidak normal menyebabkan kerugian melebihi atau di atas perkiraan dalam kondisi
operasi yang efisien dan dibebankan sebagai kerugian dalam periode berjalan.
Biasanya produk rusak ditemukan pada
akhir proses dengan demikian ia telah menyerap biaya produksi sehingga harus
dimasukkan dalam perhitungan unit ekuivalen.
Produk Cacat
Sebagaimana diketahui, produk
cacat adalah produk yang tidak sesuai
standar dan masih dapat diperbaiki. Maka membutuhkan biaya perbaikan., dapat
berupa biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Persoalannya
adalah perlakuan atas biaya perbaikan tersebut.
Produk cacat dapat bersifat normal
ataupun tidak normal. Perlakuan atas
biaya tambahan adalah sebagai berikut :
v Jika
cacat normal : biaya perbaikan akan menambah biaya produksi.
v Jika
cacat tidak normal : biaya perbaikan diperlakukan sebagai rugi produk cacat.
Biaya produksi tidak bertambah.
Produk
cacat masuk dalam perhitungan unit ekuivalen.
PENGARUH
LINGKUNGAN MANUFAKTUR BARU
Sistem Just In Time
Tiga pengaruh utama sistem
JIT pada metode biaya proses :
- perbedaan dalam biaya per unit antara
metode MPKP dengan rata-rata dapat dikurangi dengan cara menurunkan unit
sediaan.
- Semakin kecil perbedaan antara sediaan
akhir produk selesai dengan sediaan BDP
- Dibutuhkan cost driver atau dasar
pembebanan yang baru (selain tenaga kerja langsung) untuk membebankan BOP
ke proses dan produk.
Sistem Pemanufakturan Fleksibel dan
Pemanufakturan Seluler
Semakin
banyak perusahaan manufaktur yang menuju Flexible Manufacturing System (FMS)
dan Cellular Manufacturing System (CMS).
FMS menggunakan robot dan sistem
penanganan bahan yang dikendalikan oleh komputer untuk menghubungkan beberapa
mesin yang secara cepat dan efisien dapat diubah-ubah dari satu proses produksi
ke proses produksi lainnya.
Pengaruh FMS terhadap penentuan biaya produk sama dengan
JIT. Dalam lingkungan FMS, sistem biaya proses lebih bermanfaat dibanding biaya
pesanan karena lebih banyak laporan akuntansi yang didasarkan pada periode
waktu bukan berdasarkan penutupan pesanan.
CMS membentuk sel yang terdiri dari
mesin dan peralatan yang dibutuhkan untuk mengolah bahan atau suku cadang
dengan persyaratan pemrosesan yang serupa. Untuk memperbaiki efisiensi
produksi, sebagian besar suku cadang berjalan dalam arah yang sama dari satu
sel ke sel lainnya. Sekumpulan sel yang bertugas membuat produk, membuat suatu
bentuk pabrik yang terfokus. Dengan CMS struktur proses manufaktur dilakukan
berdasarkan lini produk bukan berdasarkan proses. Sehingga sistem penentuan
biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing) lebih bermanfaat
dibandingkan sistem biaya proses tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar